SuryaSukaMenulis

Saya hanya ingin menjadi seperti MATAHARI yang menyapa dunia dengan sinarnya!

Buka Materialistis, Hanya Realistis!

Tadi sore, saya dan teman-teman saya ngobrol-ngobrol santai sambil makan di salah satu tempat makan yang ada di salah satu mall sekitaran rumah saya. *Niat awalnya sih mau revisi, tapi malah keasyikan ngobrol.

Obrolan sore hari tadi tidak melulu soal remeh. Tapi kami membicarakan banyak hal. Mulai dari artis-artis, dosen, perkuliahan, perskripsian, pertemanan, sampai ke urusan pasangan hidup dan mau apa setelah jadi sarjana nanti.

Tercetus lah kata, “menikah”.. Humm saat itu yang tersisa tinggal tiga orang. Saya, UW dan DL. Ehemm kami bertiga sudah sama-sama memiliki pasangan saat ini. DL memang sudah ada rencana untuk ke arah pernikahan. Tapi, dia masih bingung kapannya. Apakah satu tahun lagi? Apa masih dua tahun lagi. Karena, kalau boleh jujur sih saya dan DL ini punya keinginan untuk meneruskan kuliah selepas jadi sarjana nanti. Lalu, kalau saya.. Uhmm dengan umur pacaran yang masih seumur jagung, saya dan dia masih sama-sama blur dengan apa yang akan terjadi di depan. Saya pun menjawab, “ahh masih jauh. Biarkan dia menata hidupnya dulu.”

Sedangkan teman saya UW, saat ini sedang berhubungan dengan salah satu senior yang beda umurnya 8 tahun di atas kami. Humm. Sekarang sang lelaki sudah berumur 31. Dengan umur yang sudah dibilang lebih dari cukup untuk menikah (secara teman-teman seangkatannya sudah menikah dan punya anak). Teman saya pun memikirkan hal itu. Tapi di lain sisi dia juga ingin sang pacar memiliki suatu pekerjaan yang mapan. Sebenarnya sih sang pacar ini bukannya benar-benar tidak bekerja. Ia seorang freelance yang suka pergi ke berbagai kota di Indonesia untuk merekrut pekerja-pekerja. Yaa teman saya pun berpikir, bukannya gimana-gimana. Tapi, ia butuh sesuatu yang pasti. Sesuatu yang membuatnya akan merasa nyaman dan aman ketika (misalnya) nantinya akan mengarungi kehidupan berumah tangga.

“Kami, para wanita, mengaku, bahwa kami bukanlah seseorang yang materialistis. Hanya saja kami berpikir realistis.”

Hahahaha..ya ya ya. Itu salah satu kalimat yang sering saya ucapkan juga sih. Termasuk ke pacar. Lalu selalu dengan keterangan, “Emang bisa ya, beli susu pake cinta?” Dengan tengilnya si pacar menjawab, “Bisa lah. Kalau yang punya/jaga tokonya suka sama kita. Jadi tiap mau beli susu, kita Cuma tinggal kedipin yang jualnya. Trus ntar dikasih gratis deh.” -___-“ absurd sekali lah ini bocah!

Yaa,,kami, sebagai wanita, hanya ingin benar-benar melihat hidup. Melihat betapa keras dan kejamnya hidup ini. *oke ditambah* hidup zaman sekarang. Betapa mahalnya bahan-bahan kebutuhan hidup sehari-hari. Ahh! Posting sebelumnya saya juga sempat membicarakan betapa mahalnya biaya pernikahan kan? Trus kemarin-kemarin saya juga sempat tidak sengaja mendengar pembicaraan yang membicarakan mengenai ‘mahalnya biaya pengurusan surat-surat menikah ke KUA.’

Hedeeeeh..Trus ketika sudah menikah, lalu, hamil. Sebagai seorang ibu yang baik, pasti tidak mau si jabang bayi kenapa-kenapa dong? Pasti harus rajin makan makanan yang bergizi juga kontrol ke dokter. Nah! Biaya kontrol ke dokter itu juga katanya ga murah ya jaman sekarang? Trus nanti saat mau melahirkan. Mau itu lahir secara normal ataupun operasi pasti butuh biaya yang ‘agak’ lumayan juga. Anak sudah lahir. Harus beli baju, popok, dan segala rupa. Kita juga wajib kontrol rutin ke dokter anak untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Belum lagi kalau anak sakit atau harus imunisasi. Hasil mendengar curhatan saudara sepupu, dia bilang biaya imunisasi ke dokter sekarang mahal banget. Berkisar antara Rp 700.000,- sampai Rp 1.000.000,- ke atas. (ahh,,hal ini yang pernah bikin saya bilang, “Yaudah ntar cari suami dokter anak aja. Ehh atau anaknya dokter anak aja. Biar imunisasinya murah.” Kikikikikikik). Anak sudah mulai besar, harus masuk sekolah. Biaya pendidikan akan sebanding lurus dengan mutu pendidikan yang akan didapatkan anak. Nahh, hasil mendengar curhatan saudara sepupu (yang sama), Ia mengeluhkan biaya memasukkan anak sulungnya ke sekolah dasar. Bahhh! Harganya jauh jauh jauh lebih mahal dari uang masuk kuliah saya dulu. Itu baru SD, belum SMP, SMA, trus kuliah. Trus ntar si anak juga akan menikah. Butuh biaya juga.

Oh! Tidak! Ternyata hidup ini penuh dengan uang, uang, uang dan uang.

Saya jadi ingat dengan kata-kata salah seorang teman satu universitas saat sedang pesantren calon sarjana (hampir) satu tahun yang lalu. Ia bilang, “uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang.”

Yaaah. Hidup. Menikah. Bukan hanya sekedar bersenang-senang. Tapi juga bagaimana bahu membahu membangun suatu rumah tangga dengan simpanan uang yang mencukupi untuk membiayai rumah tangga tersebut. Hahahaha..ini bukan salah satu bentuk ke-matre-an. Tapi ini suatu bentuk’gambaran kenyataan’.

Saya juga sempat berdebat dengan teman mengenai hal ini. Kekeuh-kekeuhan antara “mulai dari nol sama-sama” lawan “punya modal untuk ngelamar anak orang.”

Kalau kata saya mah, “kenyataannya zaman sekarang, ada nggak ya orang tua yang mau ngasih anaknya sama orang yang belum punya ‘apa-apa’?”

Yaaa saya setuju dengan jawaban, “masih ada kok.” Tapi, yaa pasti dalam hati kecil para orang tua menginginkan seseorang yang bisa memberikan sandang, pangan dan papan yang layak untuk kehidupan anaknya kelak.

Yoo! Mari! Para lelaki, kumpulkan modal dulu sebelum melamar anak orang. :p

3 komentar:

cepe 4 Desember 2011 pukul 10.33  

sama.! gue juga suka bilang bahwa perempuan itu bukan matrealistis, tapi realistis. emang bisa beli beras di warung bayar pake cinta.?! ahahahaha..

viTa 4 Desember 2011 pukul 11.42  

Iyaa! Ga bisa pake daun juga kan kalo mau beli lauk buat makan ya?

Rizki Rachmat Ramdhan 1 Mei 2013 pukul 16.03  

sama saja... istilah materialistis saat ini sudah diperhalus jadi "realistis"... orang yang berpaham seperti itu menandakan hidupnya sangat dekat dengan "takut miskin"... orang yang "takut miskin" malah jadi miskin beneran...

Posting Komentar

Saya Si Surya

Foto saya
Si tengah di antara lelaki hebat yang juga ga kalah hebatnya. I (heart) yellow. I (heart) comics. I (heart) music. I (heart) converse. ^_^

Total Tayangan Halaman

Pengikut