komitmen/ko·mit·men/ n perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: perkumpulan mahasiswa seharusnya mempunyai -- terhadap perjuangan reformasi
sumber : https://kbbi.web.id/
Komitmen dan bagaimana seseorang menghayati komitmen.
Menurut arti katanya, Komitmen merupakan suatu perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Suatu Kontrak.
Oke, untuk saya yang sudah tidak remaja lagi..dalam hal ini mungkin akan lebih spesifik. Komitmen dalam bingkai "Pernikahan".
nikah/ni·kah/ n ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama: hidup sebagai suami istri tanpa -- merupakan pelanggaran terhadap agama;
sumber : https://kbbi.web.id
Dari dua arti di atas ya bisa lah ya disangkut-sangkutin? Komitmen dan Nikah. Nikah itu bisa diartikan perjanjian antara dua insan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Ketika seseorang sudah mengucapkan janji sehidup sematinya di hadapan para saksi dan Malaikat-Nya, ya disitulah dimulainya perjalanan.
Kontrak sehidup semati, untuk selalu saling menjaga, saling membimbing, saling mengingatkan, saling merangkul, saling menyemangati, saling membantu, saling menyayangi, saling mencintai, saling menghormati, saling percaya, saling 'ngopeni', saling mengalah, saling menerima, dan saling saling saling saling lainnya.
Walaupun usia pernikahan saya masih seumur jagung, tapi ya saya (dan suami) jadi banyak belajar tentang banyak hal. Melihat dari sekitar. Mengartikan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Tidak juga saya mau bilang, bahwa pernikahan kami (yang baru seumur jagung ini), pernikahan yang menjadi "Goal Relationship". Masih banyak bolongnya juga kok. Me not typically good housewife, and he's just still like that lah.
Tapi, saya terutamanya selalu berusaha untuk belajar menjadi istri yang baik.
Mencoba menjadi istri yang menghormati suaminya. Ajaran Mama saya tentang bagaimana sampai berpuluh-puluh tahun pernikahannya dengan Papa, tidak pernah memanggil suaminya (baca: Papa saya) dengan sebutan "Kamu".
Oke. Ternyata ajaran yang mungkin dirasa simple tapi berarti banget dan amat sangat di'internalisasi' oleh Saya. Sejauh ini, yang saya ingat sih. Walau kami (saya dan suami) itu satu angkatan yang umurnya cuma beda kurang lebih 6 bulan, tapi saya berusaha menghormati Suami dengan memanggilnya "Mas", "Sayang", "Ayaaangg", dan sapaan sayang lainnya. Tidak pernah memanggil dengan kata "Kamu".
Kalau whatsapp mau nanya posisi lagi ada dimana, ya nggak juga saya jadi ngetik, "Kamu lagi dimana?" Tapi "Mas lagi dimana?".
Serius deh. Mungkin menurut orang lain ini hal remeh. Tapi untuk saya dengan segala ajaran orang tua saya, hal ini amat sangat sangat penting. Bagaimana seorang istri menghargai suaminya.
Belum lagi, yang saya rasain itu adalah ketika kita harus selalu merasa beruntung, bersyukur dan tidak iri-an.
Ya, Alhamdulillah kami hidup dengan prinsip pas-pasan. Pas butuh sesuatu, pas ada rezekinya. Pas mau sesuatu, pas ada rezekinya. Selalu begitu. Jadi sejauh ini, dan semoga seterusnya, saya selalu berpikir bahwa Alhamdulillah kami masih berkecukupan. Tidak juga jadi iri ketika, "eh si itu udah punya ini loh.", "eh si eta udah pergi kemana loh"..
Paling sih saya irinya ketika, "eh,,si itu udah hamil loh.",,"eh..si eta udah melahirkan loh"..
*ehh malah curhat.. hahaha
*lah kan ini blog emang jadi tempat curhat, hahahaha..
Jadi kunci sukses dan bahagia dalam menjaga komitmen dalam bentuk pernikahan sampai saat ini yang mau saya share adalah Saling Menghormati dan Banyak Bersyukur.
Oke. Semoga bermanfaat yaa?
Semoga saya tetap selalu on track untuk terus menulis. Ya ya ya..mungkin bisa jadi resolusi tahun 2018 saya adalah Banyak Menulis.
Cheers!
x.o.x.o.