https://youtu.be/DZvUpYCD-0o
Sebagai anak yang lahir di kota Jakarta dan kemudian berpindah-pindah kota, membuat saya menjadikan Jakarta kota impian dan selalu punya cerita sendiri aja gitu antara 'Surya dan Jakarta'.
And now..after almost 4 years benar-benar stay dan mengadu nasib di Jakarta,,rasa dan impian saya tentang kota ini agak sedikit buyar. Bukan benci. Tidak juga jadi cinta sekali.
Awal-awal ngerasain nasib jadi komuter yang tinggal di Pinggiran Jakarta dan kerja di tengah kota Jakarta. Bangun pagi. Lari-lari agar tidak tertinggal kereta. Harus maksa banget masuk ke dalam kereta biar tidak terlambat sampai kantor. Rasanya beraaaaat banget. Kalau tidak kuat rasanya sudah mau menyerah saja. Belum lagi turun kereta berdesak-desakan menuju gate keluar stasiun. Lari-lari lagi mengejar angkot. Trus lanjut kopaja. Hampir kecopetan di Kopaja 212 dan dengan PD nya nantangin si copet untuk balikin apa yang dia ambil. Kemudian kapok banget naik kopaja.
Jakarta keras coyy!
Anak kereta pasti tau banget rasanya teriak-teriak, ngotot-ngototan, nyinyir-nyinyiran di Gerbong Khusus Wanita. Trus kalau di gerbong campur, pasti deh pernah paling tidak sekali ngerasain di'tempel-tempelin' banget sama lelaki di belakang kita. Duh..rasanya harus kuat mental melototin, atau menyikut, atau nginjekin kaki orang.
Kemudian pulangnya diboncengin motor. Dari tengah kota ke pinggiran Jakarta. Hampir setiap hari kerja. Saat itu belum terlalu ngeh sama 'jahatnya' Jakarta. Naik motor malam-malam tanpa masker. *kalau Jaket sih pasti selalu pakai ya kebiasaan waktu tinggal di Bandung.
Ternyata kebiasaan naik motor jauh tanpa masker itu berakibat pada paru-paru yang 'kotor' dan terancam TBC. Duuuhhh.. mulai lah pakai masker, syal dan jaket yang resletingnya selalu ditutup rapat saat pulang kantor. Sesuai saran dari seorang interviewer di kantor.
Jakarta..yang karena saat ini tinggalnya jadi di Jakarta. Ya jadi banyak mencoba moda transportasi menuju rumah. Mulai dari bajaj, angkot, Transjakarta, ojek.
Transjakarta ku suka! Karena ada proses jalan ke halte. Naik tangga halte. Jalan menuju gate halte. Lari-lari menuju pintu koridor Transjakarta kita. Mengantre dan menunggu Bus datang. Berdesakan masuk Bus (dengan memegang barang bawaan sekencang mungkin). Kalau beruntung, bisa dapat tempat duduk. Kalau kurang beruntung, seringnya belakangan saya memilih berjalan mendekati supir. Jadi bisa agak 'gelantungan' santai di tiang pembatas antara kursi supir dan kursi penumpang. Kadang langsung ambil HP pasang earphone dan mendengarkan musik atau menonton drama korea. Trus seneng aja gitu lihat kita bisa jalan truss eh yang di jalur sebelah padat. Hihihihi.. Makanya kalau tidak mau macet naik bus dong. *ehh.. Intinya sih jadi bikin saya ilang penat kalau sudah masuk ke dalam Bus yang adem itu. *hiburannyamurahbener *diajaknaikbusdoangudahseneng hihihihi..
And now, I'm officially resident of Jakarta!!
😁😁😁 *walau belum pegang fisik KTPnya Tapi yaa..udah ga bisa lagi jawab "orang Jawa tapi KTP mah Bandung." Hihihihi..