Ummm..3 minggu kebelakang tampak berbeda untuk saya, dan juga penghuni Jalan Tawekal.
Karena,,kami harus kehilangan seorang sosok ketua RT (Rukun Tetangga) yang amat sangat jempolan.
Kenapa Jempolan?!
Karena,,menurut saya, beliau adalah contoh ketua RT yang amat sangat bertanggung jawab, dan amat sangat 'menjaga' warganya. Mau bukti? Saat listrik di daerah rumah kami padam, Beliau langsung berkeliling, memantau keadaan sekitar. Mengawasi, takut kalau ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Jika ada yang bertanya, apa yang paling saya ingat dari beliau? Maka saya akan menjawab, "Senyumannya".. Yupp,,senyuman beliau begitu manis dan tulus. Beliau begitu ramah, menyapa terlebih dahulu setiap orang yang dilihatnya. Dihiasi oleh kumis khas nya. Selalu bertanya, "Kuliah wit? Hati-hati ya?" Sambil melambaikan tangan dan memberikan senyum termanisnya kepada saya, ketika saya melewati rumahnya di pagi hari saat mau berangkat kuliah.
Beliau seperti sosok ayah kedua untuk saya. Setiap saya melihat beliau, saya benar-benar merasa teduh. Karena, saya dihadapkan pada sesosok ayah yang humoris dan tidak kaku. Jika terjadi apa-apa di rumah saya, pasti larinya ke rumah beliau.
Hidup dalam kesederhanaannya. Hidup apa ada nya, dan terlihat amat sangat low profile. Seorang suami yang amat sangat menyayangi istrinya, dan amat sangat dikagumi istrinya. Huuumm,,kalau boleh jujur, saya senang sekali ketika melihat Beliau berjalan atau berdampingan dengan sang istri. Karena, tatapan mata beliau memperlihatkan betapa ingin melindungi sang istri. Sang Istri (Ibu RT) pun menatap Beliau dengan penuh kekaguman dan rasa cinta yang amat besar. Yeaahh,, I can saw it, mam! U really really love Him!
Seorang ayah untuk dua jagoan yang tampak seperti angka 01.. Si kakang yang tampak bulet (mirip seperti Bu RT), dan si ebong yang tampak seperti lidi (persis seperti Beliau). hihihihi..piss ah.. v^_^
3 minggu yang lalu..
Jum'at malam menjelang Sabtu pagi..
Siklus hidup saya yang cukup kacau, membuat saya masih tetap terjaga pada pukul 1 dini hari. Bunyi telepon di dini hari membuat pikiran saya agak sedikit kemana-mana. (*ditambah saat itu, kakak saya sedang dalam perjalanan dari SMG ke BDG)
Suara seorang tetangga depan rumah saya. Setelah meyakinkan bahwa yang mengangkat telepon adalah "putri nya pak joko".
Sang Ibu tampak terbata-bata menyampaikan maksud teleponnya tersebut.
"Mbak, tolong bilangin ibu. Pak RT meninggal."
DEGGGG..saya terdiam sambil membesarkan bola mata, dan menutup mulut dengan tangan kiri yang sedang bebas tidak memegang gagang telepon.
"Siapa, Bu?"
"Pak RT, mbak."
"Pak RT, bu?"
"Iya mbak. Pak Utun."
Mulai lah berkaca-kaca mata saya.
Lalu Ibu tetangga depan rumah saya itu melanjutkan pembicaraannya.
"Ini udah pada di rumah duka. Tolong sampaikan ke bapak dan ibu ya?"
"Iya bu."
Saya pun menutup telepon sambil berlari ke kamar Papa Ibu, mengetuk dan memberi tahu kan kabar yang baru saya terima.
Papa dan Ibu yang awalnya tampak masih mengantuk, jadi langsung terbangun dan beranjak.
Sambil terus memastikan,
"Pak RT? Pak RW kali."
Saya pun meyakinkan mereka, "Pak RT. Pak Utun."
*fyi, bapak RW kami pun sedang berada di rumah sakit
Papa dan Ibu bersiap-siap, saya pun membuka pintu kamar adik saya, dan memberitahukan kabar tersebut. Ekspresinya sama seperti papa dan Ibu. Adik saya langsung membuka lebar matanya, dan saya lihat matanya berkaca-kaca.
Omai! Benar-benar kabar yang mengejutkan di pagi hari. Amat sangat mengejutkan.
Pagi itu juga, kami (saya, papa, ibu dan adik) pergi ke rumah duka.
Keluarga yang pertama saya temukan adalah si sulung (kakang Rico), saya salami dia sambil menepuk punggungnya. Ia pun meminta saya untuk memaafkan Beliau. (Dalam hati saya jawab, "Pasti co. Pasti dimaapin.")
Lalu saya lihat, jenazah Beliau. T_T masih seperti mimpi.
Masuk ke ruang makan, bersama pacar si kakang. Mencari Ibu RT, setelah bertemu kami saling berangkulan. Ibu RT pun menangis. Saya juga.
Keluar dari kamar Ibu RT, melihat si bungsu ebong, berada di depan wastafel sambil membasuh air ke muka nya. Langsung saya hampiri dia, dan merangkulnya. Ia tampak amat sangat terpukul. Yeaahh,,saya pun begitu, bong!
Hari sabtu itu, 10 April 2010. Jalan Tawekal (jalan rumah saya) digelayuti awan mendung. Sekelabu hati kami. Para warga yang kehilangan sosok "Ketua RT teladan". Kami, mengantarkan Beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya. Penuh haru, tangis, dan do'a.
Sampai sekarang (3 minggu setelah kejadian itu), saya masih seperti tidak percaya bahwa tidak akan ada lagi senyum itu, tawa itu, sapaan itu, kumis itu. Tidak akan saya dengar lagi sapaan hangat beliau kepada Kenji (Seorang tetangga saya yang masih duduk di bangku TK nol kecil).
Setiap saya beranjak keluar rumah, dan melihat mobil antik beliau (yang dulu sering Beliau gunakan untuk mengantar si bungsu berangkat sekolah) rasanya sedih sekali. Saya selalu berharap, setiap saya melewati rumah itu, dan saya menoleh, saya akan menemukan sosok Beliau yang sedang duduk santai sambil merokok di teras rumah itu. Tapi, sudah tidak ada lagi. T_T
Beliau sudah beristirahat di tempat yang pastinya jauh lebih indah, dihiasi oleh do'a dari orang-orang yang disayanginya. Amien..
Sejak 3 minggu yang lalu, baru tadi pagi saya melihat lagi Ibu RT.
Huaa,,benar-benar amat sangat rindu sekali saya padanya. Sosok Ibu yang seperti Ibu kedua saya, yang pintar memasak kering kentang, yang suka membuat kue kering setiap lebaran, yang selalu tersenyum dan menyapa ramah setiap orang yang ditemui, yang selalu sibuk udar-ider (bolak-balik) mengurus setiap acara di RT nya.
Tadi pagi, saat saya akan berangkat kuliah.
Saya sempat melihat nya yang sedang belanja di warung depan rumahnya. Saya menyapa, beliau membalas.
Sore tadi, saat saya baru pulang kuliah dan dalam kondisi hujan rintik-rintik.
Ibu RT tampak sedang berjalan dari arah yang berlawanan, sambil membawa map merah. *Umm,,mungkin mengurus soal sensus penduduk. Saya menyapa, dibalasnya sambil tersenyum simpul.
Saat itu, saya amat sangat merasa, ada yang berbeda dari Bu RT. Seperti ada yang hilang. Ibu RT yang tadi sore saya temui, tampak sayu, dengan suara yang tidak seceria biasanya. Yaaaa,,saya bisa merasakan betapa Ia kehilangan separuh jiwanya, separuh sayapnya, separuh hatinya. Duhh,,sedih banget. Benar-benar sedih.. *tidak bisa menahan air ini jatuh dari mata.. T_T
Untuk mereka, yang mengajarkan saya betapa tulus nya cinta.
Betapa indah mengagumi tanpa embel-embel.
Betapa bahagianya hidup dengan orang yang benar-benar menyayangi kita dan kita sayangi.
Saya amat sangat banyak belajar.. Semoga suatu saat saya bisa menjadi seperti kalian, yang membuat iri orang-orang sekitar. Dengan berbagai kesederhanaan yang ada. Amien..
nb :
we miss U much, Pak Utun! Semoga Bu RT bisa cepat tersenyum lagi ya, pak? Semoga kakang Rico bisa cepet dapet kerja. Semoga ebong bisa cepet beres kuliahnya. Semoga RT 03 tetap menjadi RT yang paling OKE se-RW ini. Amien.. :)
We Miss You Much, Sir!
Diposting oleh
Surya Tetuko
at
Jumat, 30 April 2010
0 komentar:
Posting Komentar